Relevansi Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina Terhadap Prinsip Sekolah Ramah Anak




Oleh:
Luluk Ernawati
SMA NU 1 Gresik


Berawal dari sesi diskusi interaktif saat sosialisasi pembentukan sekolah ramah anak di SMA NU 1 Gresik. Salah satu peserta diskusi menanggapi adanya tokoh Albert Einstein dalam paparan Disiplin Positif pada salah satu materi Sekolah Ramah Anak. Mengapa menggunakan pemikiran tokoh barat? Bukankah negara kita memiliki sekian banyak tokoh yang dapat dijadikan teladan dalam pendidikan? Apakah ini tidak termasuk kekerasan dalam pemikiran? Yah, argumen kritis  di luar dugaan. Sebuah penyampaian argumen adalah hal biasa dalam diskusi dan ini membuat penulis tergelitik untuk berfikir tentang pemikiran pendidikan dari tokoh yang lain. Namun, penulis tidak mengambil tokoh dalam negeri. Bukan berarti tidak mau menerima pemikiran tokoh nasional, namun penulis berfikir tokoh pemikiran pendidikan nasional, salah satunya Ki Hajar Dewantara sudah meyakinkan penulis bahwa ajaran beliau sudah sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Apalagi dikaitkan dengan konsep Merdeka Belajar.
Terbesit pikiran mencari tokoh yang lahir sebelum tokoh barat dan terinspirasi masa kejayaan Islam yang melahirkan para cendekiawan muslim. Kalau mengambil yang lebih jauh lagi sebelumnya banyak tokoh pada masa Yunani Kuno. Terlepas dari siapapun yang memiliki pemikiran, penulis selalu memegang prinsip sebagaimana yang telah diajarkan oleh para guru, undhur ma qoola wa laa tandhur man qoola (lihatlah apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakan), maka melalui tulisan ini penulis tidak bermaksud untuk menolak pemikiran tokoh barat atau pemikiran tokoh nasional atau yang menjadikan pemikiran fanatisme, tak lain hanya berupaya menuangkan gagasan sebagai bagian dari khazanah keilmuwan di bidang pendidikan. Penulis juga tidak sepenuhnya membenarkan tulisan ini, bisa jadi banyak kesalahan di dalamnya, atau sebaliknya. Wallaahu a’lam.
Disini penulis mencoba mengkaji pemikiran dari salah satu tokoh pendidikan, yakni Ibnu Sina kemudian bagaimana relevansinya terhadap prinsip sekolah ramah anak.
Beliau lahir pada tahun 370 H/980 M. Beliau memiliki kecerdasan yang luar biasa dan tidak diragukan lagi. Beliau terkenal dengan pakar kedokteran dengan kitabnya Qanun fi al-Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad. Meskipun lebih dikenal sebagai seorang filosof dan ahli di bidang kedokteran, beberapa kajian yang dilakukan oleh generasi sesudahnya tentang pemikiran Ibnu Sina ditemukan beberapa pemikirannya tentang konsep pendidikan Islam. Oleh sebab itu, Ibnu Sina tercatat sebagai salah satu tokoh pendidikan Islam yang memiliki pemikiran brillian dan beberapa teorinya masih cukup relevan dikembangkan dalam konteks pendidikan saat ini.
Membahas tentang pendidikan, tidak terlepas dari kajian hakikat manusia. Secara garis besar, manusia terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Keduanya mesti dipelihara dalam kelangsungan hidup di dunia ini.  Menurut Ibnu Sina, untuk meningkatkan kualitas jiwa dan akal manusia, diperlukan latihan-latihan berupa penelitian dan pendidikan. Pendidikan penting bagi pengembangan diri manusia.
Beberapa gagasan pokok Ibnu Sina tentang pendidikan adalah tentang tujuan pendidikan, kurikulum, metode pembelajaran, dan konsep guru.
1. Tujuan pendidikan
Secara sederhana, tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina adalah mengembangkan potensi anak didik secara optimal sehingga memiliki akal yang sempurna, akhlak yang mulia, sehat jasmani dan rohani serta memiliki ketrampilan yang sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga ia memperoleh kebahagiaan (sa’adah) dalam hidupnya.
2. Kurikulum
Ibnu Sina menawarkan konsep diantaranya: Pertama, penyusunan kurikulum hendaklah mempertimbangkan aspek psikologi anak, mencakup mengenal fase perkembangan, bakat minat, serta persoalan-persoalan yang dihadapi masing-masing tingkat perkembangan. Kedua, kurikulum yang diterapkan harus mampu mengembangkan potensi anak secara optimal dan harus seimbang antara jasmani, intelektual, dan akhlaknya. Masing-masing unsur tersebut mendapat penekanan lebih pada masing-masing tingkat usia. Ketiga, kurikulum yang ditawarkan Ibnu Sina bersifat pragmatis-fungsional, yakni dengan melihat segi kegunaan dari ilmu dan ketrampilan yang dipelajari sesuai dengan tuntutan masyarakat, atau berorientasi pasar (marketing oriented). Keempat, kurikulum disusun harus berlandaskan kepada ajaran dasar dalam Islam, yaitu al-Quran dan Sunnah sehingga anak didik akan memiliki iman, ilmu dan amal secara integral. Kelima, kurikulum yang ditawarkan adalah kurikulum berbasis akhlak dan bercorak integralistik.
3. Metode Pembelajaran
Karakteristik metode pembelajaran yang ditawarkan Ibnu Sina yaitu: (1) Pemilihan dan penerapan metode harus disesuaikan dengan karakter materi pelajaran; (2) Metode juga diterapkan dengan mempertimbangkan psikologis anak didik, termasuk bakat dan minat anak; (3) Metode yang ditawarkan tidaklah kaku, akan tetapi dapat berubah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak didik; dan (4) ketepatan dalam memilih dan menerapkan metode sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Menurut Abuddin Nata, diantara metode yang ditawarkan Ibnu Sina adalah: metode talqin, demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi, magang dan penugasan. Dan menurut Ali al-Jumbulati ditambah lagi dengan metode targhib dan tarhib atau dikenal dengan reward dan punishment. Reward berarti ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan dan merupakan salah satu alat pendidikan sekaligus motivasi yang baik. Namun dalam keadaan terpaksa, punishment dapat dilakukan dengan cara diberi peringatan terlebih dahulu. Jangan menindak anak dengan kekerasan, tetapi dengan kehalusan hati, lalu diberi motivasi dan persuasi agar ia kembali kepada perbuatan baik.
4. Konsep Guru
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan. Ibnu Sina pun menuliskan beberapa pemikirannya tentang konsep guru, terutama menyangkut tentang guru yang baik. Menurut Ibnu Sina, guru yang baik adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari olok-olok dan main-main di hadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, bersih dan suci murni.

Terkait dengan relevansinya terhadap sekolah ramah anak yang memiliki 5 prinsip yaitu: 1. Kepentingan terbaik bagi anak, 2. Non diskriminasi, 3. Partisipasi Anak, 4. Hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan, dan 5. Pengelolaan yang baik, maka pemikiran Ibnu Sina masih relevan untuk diaktualisasikan dalam penerapan kelima prinsip sekolah ramah anak.
Kepentingan terbaik bagi anak, non deskriminasi, hak hidup dan berkembang tampak pada pandangan Ibnu Sina terhadap hakikat manusia dan tujuan pendidikan. Dimana manusia memiliki akal dan jiwa, keduanya perlu dipelihara dan  membutuhkan pendidikan sebagai pengembangan diri seorang manusia. Sedangkan tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi anak didik secara optimal sehingga memiliki akal yang sempurna, akhlak yang mulia, sehat jasmani dan rohani serta memiliki ketrampilan yang sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga ia memperoleh kebahagiaan (sa’adah) dalam hidupnya. Ini adalah wujud dari prinsip kepentingan terbaik bagi anak, non deskriminasi, dan hak hidup serta perkembangannya.
Pemikiran ini juga sangat relevan dengan pasal 29 ayat (1), menekankan bahwa pendidikan bertujuan untuk pengembangan kepribadian, bakat, kemampuan mental dan fisik anak hingga mencapai potensi sepenuhnya; pengembangan sikap menghormati hak-hak asasi manusia; pengembangan sikap menghormati kepada orang tua, kepribadian budaya, bahasa, dan nilai-nilai; penyiapan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab dalam suatu masyarakat dalam semangat saling pengertian, tenggang rasa, kesetaraan gender, dan persahabatan antar semua bangsa, suku, agama, termasuk anak dari penduduk asli; dan pengembangan rasa hormat pada lingkungan alam.
Selanjutnya pada prinsip partisipasi anak tampak pada pandangan Ibnu Sina berbicara tentang metode pembelajaran, salah satunya adalah metode diskusi. Diskusi sebagai salah satu metode pembelajaran untuk mengajarkan pengetahuan yang bersifat rasional teoritis. Disinilah anak diajak bersama-sama untuk membahas permasalahan dan memecahkan secara bersama-sama. Termasuk bagaimana penyusunan tentang disiplin positif yang akan diterapkan bagi mereka selama proses pembelajaran di satuan pendidikan.
Prinsip pengelolaan yang baik juga tampak pada pandangan Ibnu Sina tentang keseluruhan gagasan pendidikannya yang meliputi tujuan pendidikan, kurikulum, metode pembelajaran dan konsep guru.
Dengan demikian, maka penulis berkesimpulan bahwa pemikiran Ibnu Sina masih relevan untuk diaktualisasikan pada pendidikan saat ini, terutama penerapan Sekolah Ramah Anak.
Wallaahu a’lam bish showab.

Referensi :
Pedoman SRA, Deputi Tumbuh Kembang Anak, Asdep Pemenuhan Anak Terhadap Pendidikan, Kreatifitas dan Budaya, 2020
Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2015)
Materi Konvensi Hak Anak dari Pelatihan Calon Fasda SRA Jatim


Comments

  1. Ilmu itu oleh Allah memang di sebar ke seluruh dunia. Il berkembang sesuai dengan perkembangan budaya manusia itun sendiri. Pertanyaan kritis dari peserta sosialisasi itu memang di luar dugaan dan tidak mudah untuk menjawabnya.

    Pertanyaan tersebut samahalnya ketika Rosulullah memerintahkan kaum mulimin mencari ilmu samapi ke negeri Cina. Padahal waktu itu banyak yang beum care dengan negara Cina atau bangsa Cina. Mungkin kah saat itu ada pertanyaan, ya Rosulullah mengapa harus ke negeri Cina?

    Pasti Jawabannya panjang.
    Silahkan dijawab ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Analog yang pas. Bisa jadi waktu itu ada pertanyaan dari sahabat mengapa negri China. Ada apa dengan China. Apakah waktu itu peradaban China telah sedemikian maju diantara negara lain..?
      Walau hadits itu beberapa pendapat mempermasalahkan statusnya, namun masih tetap bisa dijadikan semangat untuk belajar kemanapun.
      Dan ini merupakan salah satu hak bagi anak untuk dapat mengenyam pendidikan tanpa deskriminasi.

      Selanjutnya, bagaimana pendapat Anda?

      Delete
  2. Setiap langkah itu ilmu,
    Setiap orang itu sumber ilmu,
    Setiap peristiwa itu guru ilmu,
    Setiap masa itu perkembangan ilmu,
    Setiap ilmu itu kebesaran Allah
    Setiap ilmu itu mengabdi pada Allah.
    Karena,
    Allah SWT itu Sang Maha Ilmu.
    Jadilah, Hamba Allah yg berilmu berkah.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

PENERAPAN PENDIDIKAN INKLUSIF UNTUK MEWUJUDKAN SEKOLAH RAMAH ANAK DI SMP NEGERI 28 SURABAYA

JURNAL REPLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.3

Forgiveness Therapy untuk Meningkatkan Konsep Diri Positif di SMA NU 1 Gresik